Senin, 29 Oktober 2012

*Harus Berpisah*

sendiri, sendiri ku diam
diam dan merenung, merenungkan jalan yang kan membawa ku pergi
pergi tuk menjauh, menjauh dari mu..
dari mu yang mulai berhenti, berhenti mencoba..
mencoba bertahan, bertahan untukterus bersama ku..
ku berlari kau terdiam..
ku menangis kau tersenyum..
ku berduka kau bahagia..
ku pergi kau kembali..
ku coba meraih mimpi kau coba tuk hentikan mimpi..
memang kita tak kan menyatu..
bayangkan, bayangkan ku hilang..
hilang tak kembali, kembali untuk mempertanyakan lagi cinta..
cinta mu yang mungkin, mungkin tak berarti..
berarti untuk ku rindukan..
ku berlari kau terdiam..
ku menangis kau tersenyum..
ku berduka kau bahagia..
ku pergi kau kembali..
ku coba meraih mimpikau coba tuk hentikan mimpi..
memang kita tak kan menyatu…
kini harusnya kita, coba saling melupakan..
lupakan kita pernah bersama..
berlari kau terdiam..
ku menangis kau tersenyum..
ku berduka kau bahagia..
ku pergi kau kembali..
ku coba meraih mimpikau coba tuk hentikan mimpi..
memang kita tak kan menyatu…

Selasa, 02 Oktober 2012

“Bahagiaku surga mereka dan deritaku pilu mereka”


         Aku berdiri disini disebuah setapak jalan yang gelap
Pandanganku tertuju pada dua orang  dikejauhan sana dengan senyuman yang tak asing dimataku.
Dua orang yang sangat aku hargai, Dua orang yang sangat aku hormati, Aku cintai,dan aku sayangi..
Ya,, mereka adalah ayah dan ibuku. . .
Dengan disertai senyuman, aku berjalan menghampiri mereka
Seiring dengan langkah, terlintas di benakku, atas apa yang telah mereka lakukan terhadapku dan hidupku selama ini. . .
Ibu, yang telah mengandung aku selama Sembilan bulan, Ibu yang telah memperjuangkan hidup dan matinya hingga aku dapat hadir di dunia ini.
Ibu juga yang telah merawatku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang…
Ayah yang telah mendidikku,,
Ayah yang rela bekerja banting tulang ikhlas mengeluarkan keringatnya agar aku dapat menikmati hidup detik demi detik, hari demi hari, bahkan tahun demi tahun.
Apa yang dapat aku lakukan untuk membalas mereka??
Sering aku tutup kuping tak mendengarkan nasehat mereka
Sering pula aku berbohong kepada mereka demi kepuasanku
Sering aku melawan jika mereka marah karena kenakalanku
Sering juga aku banting pintu dihadapan mereka saat semua inginku tak terpenuhi,
Dan bahkan sering aku mengeluarkan kata-kata kasar yang tak pantas mereka dengar dari bibirku..
“Dasar cerewet! Kuno! Kolot!”
Tapi, apakah mereka memendam rasa dendam terhadapku??
TIDAK .. !!
TIDAK SAMA SEKALI ..!
Mereka dapat tulus memaafkan semua kesalahan-kesalahanku dan kekhilafanku..
Mereka tetap menyayangiku dalam setiap hembusan nafas mereka
Bahkan mereka tetap menyebut namaku dalam setiap doa-doa mereka, hingga aku dapat menjadi seperti ini,
Ya Tuhan.. betapa durhakanya aku
Tak sadarkah aku bahwa mereka adalah orang yang sangat berati dalam hidupku?
Langkah-langkahku berhenti dihadapan mereka, dan kupandangi ayah dan ibuku, inchi demi inchi..
Badan yang dulu tegap, kekar, kini mulai membungkuk
Rambut yang dulu hitam kini mulai memutih,
Kulit mereka yang dulu kencang kini mulai berkeriput,
Ku tatap mata mereka yang berbinar-binar dan mulai meneteskan air mata bahagia, air mata haru, air mata bangga melihatku berdiri disini..
Ku cium tangan mereka, kucium tangan mereka, lalu ku berkata
Ayah, ibu, yang aku berikan hari ini tidak akan cukup membalas apa yang telah engkau berikan kepadaku selama ini,,
Terima kasih ayah, ibu, …
Aku sayang ayah, ibu sampai akhir hayatku. . . .