MAKNA PACARAN DALAM ISLAM
By
: Elya Indah Rahmawati
Diandradduls.blogspot.com
rarakucing@yahoo.co.id
Pacaran?? Kata yang
sering kita dengar setiap hari. Mulai dari anak-anak, remaja, hinga dewasa. Soal pacaran di zaman
sekarang tampaknya menjadi gejala umum di kalangan kawula muda. Barangkali
fenomena ini sebagai akibat dari pengaruh kisah-kisah percintaan dalam roman,
novel, film dan syair lagu. Sehingga terkesan bahwa hidup di masa remaja memang
harus ditaburi dengan bunga-bunga percintaan, kisah-kisah asmara , harus ada pasangan tetap sebagai tempat untuk
bertukar cerita dan berbagi rasa.Lalu, apakah pacaran
sebenarnya?? Disini akan kita bahas sedikit tentang makna pacaran dalam agama
islam.
Sebenarnya dalam islam itu istilah
pacaran tidak ada, yang ada hanyalah proses Ta’aruf. Banyak remaja
zaman sekarang beranggapan bahwa pacaran adalah proses penjejakan sebelum
melaksanakan akad nikah, ada lagi yang beranggapan pula bahwa pacaran adalah
cara kita menyampaikan perasaan kita terhadap lain jenis. Ada lagi bahwa Pacaran merupakan
proses perkenalan antara dua insan manusia yang
biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang
dikenal dengan pernikahan. Pada
kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang
sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi
persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang
semestinya tidak mereka lakukan. Disamping pengertian yang segitu
banyaknya, bagaimana pacaran menurut anda? Apakah pacaran halal hukumnya? Kalau ditinjau lebih jauh sebenarnya pacaran menjadi bagian
dari kultur Barat. Sebab biasanya masyarakat Barat mensahkan adanya fase-fase
hubungan hetero seksual dalam kehidupan manusia sebelum
menikah seperti puppy love (cinta monyet), datang (kencan), going steady (pacaran), dan engagement (tunangan). Bagaimanapun mereka yang berpacaran, jika
kebebasan seksual da lam pacaran diartikan sebagai hubungan suami-istri, maka
dengan tegas mereka menolak. Namun, tidaklah demikian jika diartikan sebagai
ungkapan rasa kasih sayang dan cinta, sebagai alat untuk memilih pasangan
hidup. Akan tetapi kenyataannya, orang berpacaran akan sulit segi mudharatnya
ketimbang maslahatnya. Satu contoh : orang berpacaran cenderung mengenang
dianya. Waktu luangnya (misalnya bagi mahasiswa) banyak terisi hal-hal semacam
melamun atau berfantasi. Amanah untuk belajar terkurangi atau bahkan
terbengkalai. Biasanya mahasiswa masih mendapat kiriman dari orang tua. Apakah
uang kiriman untuk hidup dan membeli buku tidak terserap untuk pacaran itu ?
Tradisi pacaran
memiliki variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi
individu-individu dalam masyarakat yang terlibat. Dimulai dari proses
pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang
ekslusif. Perbedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi olehagama dan kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Menurut persepsi yang
salah, sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah menjalin hubungan
cinta-kasih yang ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas seksual atau percumbuan. Tradisi seperti ini dipraktikkan oleh
orang-orang yang tidak memahami makna kehormatan diri perempuan, tradisi
seperti ini dipengaruhi oleh media massa yang menyebarkan kebiasaan yang tidak memuliakan kaum
perempuan. Sampai sekarang, tradisi berpacaran yang telah nyata melanggar norma hukum, norma agama, maupun norma sosial di Indonesia masih terjadi dan dilakukan secara
turun-temurun dari generasi ke generasi yang tidak mememiliki pengetahuan
menjaga kehormatan dan harga diri yang semestinya mereka jaga dan pelihara.
Namun Islam juga, jelas-jelas menyatakan bahwa berpacaran bukan jalan yang
diridhai Allah, karena banyak segi mudharatnya. Setiap orang yang berpacaran
cenderung untuk bertemu, duduk, pergi bergaul berdua. Ini jelas pelanggaran
syari’at ! Terhadap larangan melihat atau bergaul bukan muhrim atau bukan
istrinya. Sebagaimana yang tercantum dalam HR Bukhari dan Muslim dari Ibnu
Abbas yang artinya: "Janganlah salah seorang di antara kamu bersepi-sepi
(berkhalwat) dengan seorang wanita, kecuali bersama dengan muhrimnya." Tabrani dan Al-Hakim dari
Hudzaifah juga meriwayatkan dalam hadits yang lain: "Lirikan mata
merupakan anak panah yang beracun dari setan, barang siapa meninggalkan karena
takut kepada-Ku, maka Aku akan menggantikannya dengan iman sempurna hingga ia
dapat merasakan arti kemanisannya dalam hati."
Nah, selanjutnya, apa Ta’aruf itu?
Taaruf adalah
kegiatan bersilaturahmi, kalau pada masa ini kita bilang berkenalan bertatap
muka, atau main/bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan dengan
penghuninya. Bisa juga dikatakan bahwa tujuan dari berkenalan tersebut adalah
untuk mencari jodoh. Taaruf bisa juga dilakukan jika kedua belah pihak keluarga
setuju dan tinggal menunggu keputusan anak untuk bersedia atau tidak untuk
dilanjutkan ke jenjang khitbah -
taaruf dengan mempertemukan yang hendak dijodohkan dengan maksud agar saling
mengenal.
Sebagai sarana yang objektif dalam melakukan pengenalan dan pendekatan, taaruf sangat berbeda dengan pacaran. Taaruf secara syar`i memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah. Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta’aruf adalah dari segi tujuan dan manfaat. Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina, dan maksiat. Taaruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan. Ta’aruf juga dapat dikatakan sebagai penjejakan sebelum menuju ke pernikahan. Taaruf tidak sama dengan pacaran, mengapa? Taaruf hanya dilakukan selama 3 bulan dan selanjutnya dilakukan akad nikah antara dua belah pihak, sedangkan pacaran bisa lebih dari 3 bulan, dan didalam pacaran itu sendiri tidak memenuhi criteria – criteria dalam sebuah pengenalan dalam islam.
Sebagai sarana yang objektif dalam melakukan pengenalan dan pendekatan, taaruf sangat berbeda dengan pacaran. Taaruf secara syar`i memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah. Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta’aruf adalah dari segi tujuan dan manfaat. Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina, dan maksiat. Taaruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon pasangan. Ta’aruf juga dapat dikatakan sebagai penjejakan sebelum menuju ke pernikahan. Taaruf tidak sama dengan pacaran, mengapa? Taaruf hanya dilakukan selama 3 bulan dan selanjutnya dilakukan akad nikah antara dua belah pihak, sedangkan pacaran bisa lebih dari 3 bulan, dan didalam pacaran itu sendiri tidak memenuhi criteria – criteria dalam sebuah pengenalan dalam islam.
PROSES
TAARUF
Dalam upaya ta’aruf
dengan calon pasangan, pihak pria dan wanita dipersilakan menanyakan apa saja yang kira-kira
terkait dengan kepentingan masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan.
Tapi tentu saja semua itu harus dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak boleh
dilakukan cuma berdua saja. Harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau keluarganya. Jadi, taaruf bukanlah bermesraan
berdua, tapi lebih kepada pembicaraan yang bersifat realistis untuk
mempersiapkan sebuah perjalanan panjang berdua.
TUJUAN
TAARUF
Taaruf adalah media
syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan pengenalan terhadap calon pasangan.
Sisi yang dijadikan pengenalan tidak hanya terkait dengan data global,
melainkan juga termasuk hal-hal kecil yang menurut masing-masing pihak cukup
penting. Misalnya masalah kecantikan calon istri, dibolehkan untuk melihat
langsung wajahnya dengan cara yang seksama, bukan cuma sekedar curi-curi
pandang atau ngintip fotonya. Justru Islam telah memerintahkan
seorang calon suami untuk mendatangi calon istrinya secara langsung face to face,
bukan melalui media foto, lukisan atau video.
Karena pada hakikatnya wajah seorang wanita itu bukan aurat, jadi tidak ada salahnya untuk dilihat. Khusus dalam kasus taaruf, yang namanya melihat wajah itu bukan cuma melirik-melirik sekilas, tapi kalau perlu dipelototi dengan seksama. Periksalah apakah ada jerawat numpang tumbuh di sana. Begitu juga dia boleh meminta diperlihatkan kedua telapak tangan calon istrinya. Juga bukan melihat sekilas, tapi melihat dengan seksama. Karena telapak tangan wanita bukanlah termasuk aurat.
Karena pada hakikatnya wajah seorang wanita itu bukan aurat, jadi tidak ada salahnya untuk dilihat. Khusus dalam kasus taaruf, yang namanya melihat wajah itu bukan cuma melirik-melirik sekilas, tapi kalau perlu dipelototi dengan seksama. Periksalah apakah ada jerawat numpang tumbuh di sana. Begitu juga dia boleh meminta diperlihatkan kedua telapak tangan calon istrinya. Juga bukan melihat sekilas, tapi melihat dengan seksama. Karena telapak tangan wanita bukanlah termasuk aurat.
MANFAAT
TAARUF
Selain urusan melihat fisik, taaruf juga harus menghasilkan data yang berkaitan
dengan sikap, perilaku, pengalaman, cara kehidupan dan lain-lainnya. Hanya
semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan dalam koridor syariat Islam. Minimal harus ditemani orang lain baik dari keluarga calon istri atau dari calon suami. Sehingga tidak dibenarkan untuk pergi jalan-jalan
berdua, nonton, boncengan, kencan, nge-date dan seterusnya dengan menggunakan alasan taaruf.
Janganlah ta`aruf menjadi pacaran, sehingga tidak terjadi khalwat dan ikhtilath
antara pasangan yang belum jadi suami-istri ini.
Nah,
bagaimana pandangan pacaran dalam islam?
Istilah
pacaran sebenarnya tidak ada dalam islam, yang ada hanyalah seorang lelaki
meminang sang calon istri (sang perempuan). Khitbah namanya, khitbah disini
sama halnya dengan taaruf, namun khitbah sudah meminang dan wajib untuk
dinikahi di kemudian hari. Namun dalam masa – masa khitbah keduanya harus bias menjaga
agar jangan sampai melanggar kaidah-kaidah yang ada, missal : berduaan,
bercumbu layaknya suami istri, memandang dengan nafsu, berciuman, berpegangan
tanganpun juga tidak diperbolehkan disini. “Jika seseorang menyatakan cinta
kepada lawan jenisnya yang tidak dimaksudkan untuk menikahinya saat itu atau
dalam waktu dekat, apa hukumnya haram? Tentu tidak, karena rasa cinta itu
fitrah yang diberikan Allah, sebagaimana firmanNya : Dan diantara tanda tanda
kekuasaanNya ialah Dia yang menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya
diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Rum : 21)
Allah
telah memberikan perasaan sayang, cinta kepada kita, dengan rasa itu kita telah
ditakdirkan Allah untuk hidup berpasang-pasangan, karena menikah adalah Ibadah
kita hanya untuk Allah. Menyatakan cinta sebagai kejujuran hati tidak
bertentangan dengan syariat islam. Karena tidak ada satupun ayat atau hadist yang
secara eksplisit atau implisit melarangnya. Islam hanya memberikan
batasan-batasan antara perempuan dan laki-laki. J
Kesimpulan
dari pembahasan ini adalah "PACARAN ITU HARAM". Bagaimanapun
jenis pacarannya kalo belum diikat dengan pernikahan maka akan sama halnya
mendekati zina. Dan kita juga tau bahwa zina termasuk dalam daftar dosa-dosa
besar. Yang perlu di ingat disini bahwa jodoh merupakan QADLA'
(ketentuan) Allah, dimana manusia ngga' punya andil nentuin sama sekali,
manusia cuman dapat berusaha mencari jodoh yang baik menurut Islam. Tercantum
dalam Al Qur'an: "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang
keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan
wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu
bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka
ampunan dan rezki yang mulia (surga).”
Refrensi :
Ah masak sih?^^
BalasHapusmaybe?? :p
HapusMunafik banget ya kamu ^^
BalasHapusso what??
HapusHahaha alay banget ternyata kamu.. dulu aku khilaf :P
Hapushiahahhhh gludak gludak,, (O_o)*!!
Hapus